Kontemplasi XX: Tetapi Mimpi

Verezha Ibrahim
1 min readJun 29, 2020

--

(Sumber: Pinterest)

Hari ini bisa dikatakan adalah hari terbaik sepanjang tahun 2020. Kegelisahan dan keraguan yang tidak pernah berhenti itu akhirnya menemukan jawaban. Apa yang sebelumnya hanya sebatas angan-angan, telah berubah menjadi kenyataan. Sayangnya, semua hanya terjadi di dalam mimpi. Lebih sialnya lagi, saya terbangun.

Berjam-jam setelahnya, saya masih merasakan kegembiraan luar biasa. Saya tak habis pikir, bagaimana bisa saya bermimpi seindah itu. Jujur saja, tanpa ragu saya akan memilih untuk hidup selamanya dalam mimpi itu ketimbang terbangun dan menjalani realita hari-hari. Tanpa perlu mendeskripsikan detail isi dari mimpinya, apa yang saya utarakan seharusnya sudah cukup menjelaskan betapa bahagianya mimpi tersebut.

Saya lalu bertanya ke diri sendiri, mengapa di dalam mimpi itu semuanya terasa begitu penuh suka cita? Mengingat saya sama sekali tak punya kuasa untuk menentukan alur cerita. Peran saya hanya sebatas pemirsa. Mengapa di kehidupan nyata, acap kali saya merasa menderita? Padahal saya punya kendali untuk menentukan sikap dan rasa. Terlebih, dalam hidup yang saya jalani, saya seorang tokoh utama.

--

--

Verezha Ibrahim

I begin to write only when I’m certain what I’ll say isn’t better left unsaid.